Zombie Outbreak tercatat dalam sejarah dunia sebagai hari di mana logika mulai kehilangan maknanya. Di sebuah kota kecil di Sumatera Barat bernama Payung Hilir, penduduk mulai menunjukkan gejala aneh kehilangan kemampuan bicara, kulit menghitam, dan agresivitas ekstrem. Tidak ada yang menyangka bahwa kota itu akan menjadi titik nol dari sebuah wabah yang kini dijuluki oleh media sebagai Wabah Tanpa Nama.
Gejala Awal Zombie Outbreak
Menurut laporan medis pertama dari Puskesmas Payung Hilir pasien pertama adalah seorang petani berusia 62 tahun yang ditemukan menggigit kambingnya sendiri hingga mati. Dua hari kemudian, istrinya, anaknya, dan tetangganya menunjukkan gejala yang sama. Rumah sakit rujukan terdekat menolak pasien karena takut terjadi infeksi. Tidak ada yang menyadari bahwa wabah itu bukan berasal dari bakteri atau virus biasa.
Penjelasan Ilmiah yang Gagal
Badan Kesehatan Nasional BKN semula mengira ini adalah bentuk baru rabies atau neurovirus. Namun hasil laboratorium menunjukkan tidak ada patogen yang dikenal. Kami menghadapi sesuatu yang benar-benar baru bukan biologis, bukan kimia, bahkan mungkin bukan sepenuhnya dari dunia kita kata Dr. Anisa Raharjo, mikrobiolog terkemuka yang ditugaskan menangani kasus ini.Salah satu teori yang paling mencengangkan datang dari tim geologiĀ mereka menemukan bahwa seminggu sebelum wabah, daerah itu mengalami pembukaan gua bawah tanah kuno akibat gempa kecil. Di dalam gua itu terdapat artefak yang tertutup lumpur dan tulang-belulang manusia purba dalam posisi aneh dengan bekas gigitan satu sama lain.
Kekacauan Sosial dan Politik
Ketika video makhluk menyerupai manusia berkulit rusak berjalan di jalanan viral di media sosial kota-kota besar mulai panik. Supermarket diborong, jalan-jalan ditutup, dan desas-desus tentang senjata biologis tak terkendali menyebar luas. Pemerintah mengumumkan darurat nasional dan memberlakukan karantina militer di lima provinsi.
Harapan yang Redup di tengah Zombie Outbreak
Saat artikel ini ditulis sudah lebih dari 12 juta orang dilaporkan hilang atau berubah menjadi makhluk yang tidak lagi bisa disebut manusia. Para ilmuwan berlomba menemukan penawar tetapi mereka bahkan belum menemukan penyebab.
Satu-satunya harapan kecil muncul dari sebuah jurnal harian yang ditemukan di reruntuhan rumah di Payung Hilir. Ditulis oleh seorang bocah berusia 10 tahun, jurnal itu mencatat perubahan perilaku orang-orang di sekitarnya hari demi hari. Di halaman terakhir tertulis satu kalimat
Ekspansi Senyap Ketika Kota Mulai Diam
Tiga minggu setelah Wabah Tanpa Nama pertama kali muncul di Payung Hilir situasi telah bergeser dari krisis menjadi kekosongan. Kota demi kota mulai membisu bukan karena kedamaian, tetapi karena tidak ada lagi yang tersisa untuk bersuara. Banda Aceh, Padang, sebagian Pekanbaru⦠tidak ada sinyal, tidak ada laporan. Drone militer yang dikirim ke wilayah itu hanya mengirimkan gambar jalanan kosong, kendaraan terbengkalai, dan bayangan bergerak yang tidak dapat diidentifikasi dengan pasti.
Perubahan Pola dan Kecerdasan Tak Terduga
Makhluk yang semula dianggap hanya bergerak secara acak mulai menunjukkan pola. Mereka bergerak dalam kelompok teratur, menyerang infrastruktur strategis seperti gardu listrik dan menara komunikasi. Salah satu rekaman CCTV yang berhasil diselamatkan dari kota Binjai menunjukkan makhluk-makhluk tersebut mengelilingi sebuah kendaraan militer dan menyabot sistem komunikasinya, sesuatu yang tidak seharusnya bisa dilakukan oleh entitas tanpa kesadaran.